Redy Hisbullah
- All
- Category 1
- Category 2
-
Mengenai Saya
Shout Mix
Banner
Jam
Senjata AS Serang Cu Chi Tunnel: Anjing & Air
Desain Cu Chi Tunnel yang rumit membuat repot tentara Amerika Serikat (AS). Kehabisan akal karena susah masuk ke lubang cacing itu, AS pun menggunakan air dan anjing.
Maklum saja, ukuran lorong di Chu Chi Tunnel yang seuprit itu, lebar dan panjang kira-kira 60 centimeter hingga 80 centimeter, hanya sedikit lebih lebar dengan diameter badan orang Vietnam yang berukuran kecil, namun gesit itu.
Ukuran ini jelas beda jauh dengan tentara AS yang rata-rata tinggi besar itu. "Nah, di tengah-tengah lorong itu, terkadang ada penyempitan. Itu untuk jebakan. Jadi tentara AS yang besar itu terjebak di dalamnya. Nggak bisa keluar dan masuk. Dan bisa lemas kehabisan oksigen," ujar pemandu Le Chau sambil menunjukkan miniatur Cu Chi Tunnel di lokasi, pada i-Ring Gathering Partner, Vietnam, akhir Agustus 2008 lalu.
Saat ini, lorong-lorong di Chu Chi Tunnel yang sempit itu, imbuh Chau, ada beberapa yang diperlebar. Tujuannya, agar bisa dimasuki turis-turis asing, terutama wisatawan asal Amerika dan Eropa.
Saat mencoba masuk ke salah satu lorong, Chau mewanti-wanti rekan-rekan i-Ring Gathering Partner. "Yang punya penyakit jantung jangan masuk ya. Di dalam lorong itu lembab dan pengap. Oksigennya sedikit, jadi berbahaya," kata Chau.
Beberapa rekan yang mencoba masuk pun sempat ciut, bahkan ada yang sudah masuk, namun kembali lagi. detikcom mengalami hal yang sama saat masuk ke dalam lorong. Melihat lorong kecil dan gelap, awalnya penasaran.
Saat masuk, benar-benar gelap, pengap dan lembab. Umph! Niat untuk kembali pun urung, karena rekan-rekan yang ada di belakang sudah kadung antre panjang ingin masuk.
Maklum, jalan keluarnya tak mudah, mengingat lorong hanya bisa dimasuki dengan berjongkok, bukan berdiri. Lebarnya pas untuk satu orang. Jadi, cukup merepotkan. "Yah jangan keluar, tanggung. Terus saja," kata Tiur, rekan di belakang saya 'memberi semangat'.
Habis gelap, terbitlah terang. Ternyata setelah merayap dalam gelap dan meraba-raba sekitar 3 meter, (sensasinya seperti merayap dalam lorong tanpa akhir), di tikungan lorong, terlihat cahaya. Rupanya itu lampu yang sudah dipasang pihak pengelola wisata, dan akhirnya lubang keluar.
Itu baru sekitar 10 meter, tak ada apa-apanya dibanding panjang Cu Chi Tunnel yang sekitar 200 kilometer lebih. Bisa dibayangkan perjuangan penduduk Cu Chi waktu itu.
Merayap dalam lubang sempit, gelap dan sedikit oksigen. Tua-muda, anak-anak, laki-laki, dan wanita bahkan yang sedang hamil, untuk menghindari serangan AS dan mengatur strategi. "Banyak bayi-bayi yang lahir di lorong itu," kata Chau.
Pantas, tentara AS tidak pernah berhasil meemporakporandakan lorong ini. Sampai mereka kehabisan akal. Lihat saja, apa yang dipakai tentara AS waktu itu.
Air. Senjata inilah yang digunakan untuk operasi militer Cramp, awal Januari 1966. Pasukan AS yang berjumlah 12 ribu dan didukung pesawat, tank, dan senjata artileri lainnya memompakan air ke dalam saluran lorong Cu Chi.
Hasilnya, pasukan AS hanya berhasil menghancurkan 70 meter panjang lorong, dari 200 kilometer lebih panjang total Cu Chi Tunnel. Sebaliknya, pihak AS kehilangan 1.600 tentara, 77 tank, dan 84 pesawatnya ditembak jatuh.
Tak kurang akal, operasi militer Cedar Falls dilancarkan pada 8 Januari 1967, 35 ribu pasukan yang didukung peralatan perang canggih. Pesawat-pesawat tempur B 52 melemparkan bom napalm untuk menggunduli tanaman yang tumbuh di atas Cu Chi Tunnel. Dari darat buldozer-buldozer menebang pohon-pohon.
Tujuannya, menyingkap jalur-jalur rahasia, pintu masuk yang begitu banyak di Cu Chi Tunnel itu bisa dikuak. 600 Tentara AS bertubuh kecil diterjunkan masuk ke dalam lorong membawa masker gas antiracun, senjata mesin, bom untuk meledakkan
lorong dari dalam.
Hasilnya memang beberapa bagian dari lorong itu bisa dihancurkan, tapi itu tetap tidak signifikan dari ratusan jalur zig zag yang ada. Tentara AS yang kalah dalam operasi ini sebanyak 3.500 personel, 130 tank dan 28 pesawat.
Cara lain, memakai jasa si guk-guk. Sekitar 3 ribu anjing Alsatian asal Jerman yang sudah terlatih dikerahkan untuk mengendus ada atau tidaknya gerilyawan di bawah tanah. Pada awalnya para gerilyawan menembak atau membunuh anjing itu.
Para gerilyawan menggunakan bubuk cabe dan merica untuk mengacaukan penciuman anjing. Dengan cara ini anjing yang menghirupnya juga bisa sesak napas. Namun, cara ini malah menuntun musuh menemukan jejak gerilyawan.
Cara ini pada akhirnya gampang dikalahkan. 300 Anjing Alsatian mati karena dibunuh dan sakit.
Pada akhirnya, sejarah menentukan penduduk Vietnam lah yang keluar menjadi pemenang perang ini. Pada 30 April 1975, kota Saigon atau Ho Chi Minh yang menjadi pangkalan militer AS berhasil dibebaskan, dan bergabung dengan Vietnam Utara pada tahun 1976.